Label

Minggu, 04 Juni 2017

TUGAS: MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Manusia dan Tanggung jawab

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
Manusia hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Kenapa demikian, karena manusia selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks individual, sosial ataupun teologis. Menjalani kehidupan ini merupakan kewajiban yang sifatnya mutlak.
Bila kita menolak misalnya, kemudian mengambil clurit, mengayunkannya ke leher kita, maka tunailah kewajiban, Tapi celakanya hal itu tidak dibenarkan oleh ajaran agama dan dikatagorikan sebagai perbuatan dosa. Nah apa hendak dikata ? Mengingat menjalani kehidupan ini merupakan kewajiban yang sifatnya mutlak, maka buntutnya kita dituntut bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban mutlak tersebut, sehingga dapat kita simpulkan bahwa hakikat hidup ini adalah bertanggung jawab.
A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran dan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik, atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian dan pengirbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. INDIVIDUAL, SOSIAL DAN MAHKLUK TUHAN
Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri ( keseimbangan jasmani dan rohani ) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya ( sebagai penciptanya ). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat dari keyakinannya terhadap suatu nilai. Sedangkan dalam konteks sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai nilai selera sendiri. Nilai nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggung jawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disepakati bersama.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya timbul karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai nilai. Dalam hal ini terutama keyakinannya terhadap nilai nilai yang bersumber dari ajaran agama. Manusia bertanggung jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan agamanya.
C. TANGGUNG JAWAB ADALAH KEBERANIAN
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah suatu keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala hal yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, adil, bijaksana, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan selalu berusaha memenuhi kewajibannya melalui seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang mau berkorban untuk kepentingan orang lain ataupun orang banyak.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya dengan baik. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang lain/banyak. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapai kesulitan, sebab ia tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tentunya tidak mengikuti aturan, norma serta nilai nilai yang berlaku.
ntu. Status dan peranan juga menentukan kewajiban seseorang.
Ada dua bagian atau dua kewajiban yang berbeda, yang pertama yaitu kewajiban terbatas, adalah kewajiban yang tanggung jawabnya diberlakukan kepada setiap orang, sama, tidak dibeda bedakan. Contohnya undang undang larangan mencuri, membunuh, yang konsekuensinya tentu diberlakukan hukuman atas perbuatan tersebut. Kemudian yang kedua yaitu kewajiban tidak terbatas, adalah kewajiban yang tanggung jawabnya berlaku juga untuk semua orang. Namun tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti berbuat keadilan dan kebajikan.
D. MACAM – MACAM TANGGUNG JAWAB
a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia prbadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan menganai dirinya sendiri menunrut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusisa mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri angan angan sendiri sebagai perwujudan dari pendapat perasaan dan angan angan masnusia berbuat dan bertindak.
b. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri , ayah ibu dan anak anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkun nama baik keluarga tapi ketangung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan
c. Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusai tidak bisa hidup tanoa bantuan omanusia lain, sesua dengan kedudukannya sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga mdengan demikian manusia disisni merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain agat dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkat lkau dan perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
d. Tanggung jawab kepada Bangsa dan Negara
Bahwa setiap manusia adalah warga Negara suatu Negara dalam berpikir, berbuat, bertindak, ertingkah laku manusia terikat oleh norma norma atau ukuran ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semuanya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
e. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lpas daei hukuman hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suco melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika perungatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraikan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah perintah Tuhan. Berarti menginggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya manusia harus berkorban.
E. PENGABDIAN DAN ENGORBANAN
a. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagi perwujudan kesetiaan, cinta, kasih saying, hormat atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.Pengabdia it pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan hal itu berarti dia mengabdi kepad keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari hari itu bukan pengabdian tapi hanya bantuan saja.
b. Pengorbanan
Berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menytakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasahn yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang didasarkan atas kesadara moral yang tulus ikhlash semata mata.
pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kothbah agama dari kisah para tokoh agama atu nabi manusia memperoleh tauladan bagaimana semestinya wajib berkorban.
F. MENGUKUR TANGGUNG JAWAB PADA DIRI SENDIRI
Amanat lawannya khianat. Keduanya erat dengan hati nurani. Amanat merupakan karakter orang beriman, sedangkan khianat merupakan karaker orang munafik. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang berian, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27). Dalam keadaan apapun, Rasul SAW tetap mengedepankan amanat. “Tunaikan amanah paa orang yang memberikan amanah padamu. Dan jangan khianati orang yang mengkhianatimu.” Begitu nasihat Rasulullah dalam hadits shahih riwayat Abu Daud.
Wujud sikap amanahadalah tanggungjawab. Pertanggungjawaban didunia adalah engan menunaikan segala hak dan kewajiban. Sementara diakhirat akan dilakukan melalui hisab yang ukurannya sudah pasti dan tidak bisa dimanipulasi. Sikap amanat meliputi tanggungjawab terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap jabatan, harta benda, kehormatan dan sebagainya. Bila hilang amanah, menurut Rasulullah, tunggulah hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Apakah kita orang yang bertanggungjawab? Semoga beberapa pertanyaan berikut bisa menjadi acuan dan bahan perenungan untuk kita.
Pertama, Sejauh mana Anda meyakini bahwa kehidupan ini bukan sesuatu yang final?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini sangat menentukan sejauh mana tanggungjawab Anda dalam menapaki kehidupan itu sendiri. Bahkan bisa dikatakan, kadar keimanan dan keyakinan seseorang tentang hari akhir, akan sering dengan kadar tanggungjawabnya. Segala wujud didunia senantiasa mengalami proses perubahan. Cepat atau lambat klehidupan ini akan berakhir pada kematian. Semua amal baik dan buruk, sekecil apapun ada catatannya dan akan diperhitungkan pada hari akhir.
Karena itulah banyak firman Allah dan hadits Rasul yang mengikat logika kehidupan dunia dengan akhirat. Firman Allah dengan surat-surat Makkiyah juga menekankan tentang keyakinan pada hari akhir artinya, memang keyakinan pada hari akhir punya korelasi yang sangat kuat dengan prilaku hidup seseorang. Hidup didunia memang hanya kesempatan beramal, baik atau buruk. Sedang hasilnya akan dipetik di akhirat. Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir: 38).
Rasululah SAW mengajarkan logika kehidupan bahwa, “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan beramal untuk sesudah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang tunduk pada hawa nafsunya tapi ia berangan-angan untuk kehidupan setelah mati.”
Keterikatan keyakinan seorang muslim dengan akhirat akan mengarahkannya untuk hidup secara bertanggungjawab. Kesadaran bahwa segala sesuatunya akan menjadi timbangan di hari akhirat, menjadikan seseorang kan berhati-hati menjalani hidup, dan berupaya menunaikan amanat dan tanggungjawabnya.
Kedua, Apakah Anda menyadari beratnya amanah yang harus Anda pikul?
Pertanyaan ini berlaku untuk siapa saja, bukan hanya untuk mereka yang menjabat sebagai pemimpin formal disebuah komunitas. Sebab semua orang sesungguhnya menjalani amanat hidup dari Allah SWT. Setiap orang harus berhati-hati menjalani hidup, termasuk ketika mengurus hal-hal yang termasuk spele. Rasulullah SAW bersabda tentang akibat satu kalimat yang ringan, tapi mengakibatkan sesuatu yang sangat besar. “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat dengan keridhaan Allah, ia tak mengira bahwa kalimat itu akan mencapai sesuatu yang dicapainya. Kemudian Allah menuliskan keridhaan-Nya atas orang itu hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat dari kemurkaan Allah, ia tak mengira bahwa kalimat itu akan mencapai sesuatu yang dicapainya. Lalu Allah menulis kemurkaan-Nya terhadapnya hingga hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Karena amanat itu berat, maka Rasul mengatakan kepada Abu Dzar saat ia meminta ditunjuk sebagai pemimpin, “Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah dan jabatan itu sebagai amanat yang pada hari kiamta hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan, kecuali bagi orang yang dapat menunaikan hak dan kewajibannya dan memenuhi tanggungjawabnya.” (HR. Muslim). Umar ra pun berpesan kepada setiap orang yang ingin menjabat sebagai pemimpin, “tafaqqahu qabla an tusawwadu,” tingkatkan pemahaman, sebelum kalian memimpin.
Ketiga, Apakah Anda memandang bahwa posisi Anda saat ini semata-mata hanya karena prestasi Anda?
Jawaban yang benar adalah tidak. Apakah sebuah kedudukan rendah maupun tinggi, itu lahir dengan sendirinya tanpa ada keterlibatan dengan orang lain? Jawabanya juga pasti tidak. Kedudukan apapun yang kita dapati kepercayaan apapun yang kita peroleh sebenarnya tidak datang dari diri sendiri melainkan dari legitimasi pihak lain.
Memahami hal ini sangat penting saat seseorang menjalankan amanah. Sikap seperti itu akan menjadikannya bisa mengakomodir kepentingan dan kemaslahatan orang banyak. Ia juga akan berupya menjalin kerjasama, bermusyawarah dengan banyak pihak. Tidak berdasarkan dengan kemauannya sendiri. Ini penting bagi seorang pemimpin. Dalam hadits riwayat Ahmad, bahkan diterangkan perkataan Anas bin Malik, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih banyak melakukan musyawarah dengan para sahabatnya dibandingkan Rasulullah SAW.”
Islam tidak menghendaki adanya monopoli kekuasaan, one man show, otoritanisme dan semacamnya. Rasulullah sebagai pemimpin telah mengajarkan kita. Ia tidak pernah dengan semena-mena menggunakan bahasa atasan bawahan dengan para sahabatnya. Rasul lebih kerap memakai ungkapan, saudaraku, sahabatku, yang lebih menunjukkan kesetaraan dan kesamaan. Meski sekali lagi, ia tetap sebagai pemimpin mereka.
Keempat, Sejauh mana Anda menyadari bahwa dampak penyimpangan sebuah tanggungjawab, juga akan dirasakan sejak didunia?
Pengadilan diakhirat tidak menghapus akibat baik dan buruk yang harus diterima di dunia. Terlalu banyak contoh sejarah yang mengisahkan orang-orang baik dan jahat, yang telah merasakan langsung perbuatannya didunia. Sikap amanat dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas telah menjadi penyebab keselamatan banyak orang. Sebaliknya, pengkhianatan terhadap kepercayaan telah membuat banyak pemimpin terguling dan jatuh dengan cara mengenaskan. Karena itu, kenalilah baik-baik apa akibat yang didapatkan bila seseorang tidak menjalani tanggungjawabnya dengan baik, didunia maupun diakhirat.
Kelima, Apakah Anda berani mengakui kekurangan?
Jika ya, semoga Anda termasuk orang yang bertanggungjawab. Sebab berani mengakui kelemahan sebenarnya ciri orang yang sadar tentang beban tugas dan misi yang harus diembannya. Orang yang mengakui kelemahan, berarti ia memiliki keinginan untuk bisa memberikan yang terbaik kepada orang lain. Sikap ini akan mendorongnya untuk meningkatkan kualitas amanah yang ia pikul.
Jika sikap ini dimiliki oleh seorang pemimpin, dalam skala apapun, pasti memunculkan kebaikan bagi orang yang dipimpinnya. Sikap ini juga merupakan tanda kerendahan hati, yang akan menghilangkan perasaan paling mampu dan paling benar. Tidak menyerang balik ketika dikritik, tidak juga membusung ketika dipuji.
Keenam, Apakah Anda siap menerima akibat dari kesalahan yang Anda lakukan?
Dimanapun posisi Anda, ingatlah bahwa tindak-tanduk kita, pada akhirnya dikermbalikan pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Allah SWT berfirman, “Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan”. (QS. Al-An’am (6): 164)
Seorang bawahan tidak bisa mengikuti kemauan atasan. Tak ada lagi istilah “oke bos” atau “A Be Es” Asal Bapak Senang. Seorang polisi atau prajurit tidak bisa hanya mengatakan, “Saya diperintah oleh atasan saya” untuk melakukan tindakan aniaya. Di sini lain bagi seorang pemimpin atau atasan, tidak bisa melemparkan kesalahan pada bawahan, tidak mencari kambing hitam atau cuci tangan atas kekeliruan yang telah dilakukan.
Amanah merupakan sendi kehidupan yang sangat penting. Tapi sikap itu hingga kini masih langka. Sangat banyak problema hidup di negeri ini yang menanti orang-orang bertanggungjawab. Tak berarti kita hanya diam menanti, siapa sosok yang bisa memiliki sikap amanah dan bertanggungjawab. Dari kita sendiri, segalanya bisa dimulai. Bukankah setiap kita adalah pemimpin atas apa saja yang kita bawahi? Sekarang juga, mari jadikan diri kita orang-orang yang bertanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca lainnya...